Jumat, 26 Juli 2013

Bait 06



Penjelasan Bab Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafal Nama Buddha Dengan Sempurna Tanpa Rintangan


Bait sutra :



ruò

shí

shēng

xiāng
wéi
yuǎn



 Penjelasan :

 Andaikata ibunda dan sang anak saling memikirkan dan tidak terpisah, tentunya akan terjalin, pasti akan bertemu Buddha. Kita harus memahaminya dengan mendalam, mengapa melafal Amituofo dapat terlahir ke Alam Sukhavati, mengapa para Buddha di sepuluh penjuru memuji Buddha Amitabha.


Walaupun Ajaran Mahayana mengajarkan anda untuk melampaui tumimbal lahir, apakah anda dapat melakukannya?  Untuk keluar dari tumimbal lahir harus melenyapkan kilesa (noda pikiran),  jika tidak memutuskan kilesa, segala kebijaksanaan disebut kebijaksanaan sesat, hanya berkembang pandangan dan pengetahuan sesat. Master Qing-liang berkata : “Belajar namun tidak mengamalkan, hanya akan mengembangkan pandangan sesat”.  Buddha berkata bila masih memiliki perasaan suka duka dan nafsu keinginan, maka akan terlahir di Kamaloka, tidak dapat mencapai Rupaloka, setelah memutuskan segala nafsu keinginan barulah dapat mencapai Alam Brahma tingkat pertama. Namun jika ada orang lain yang mengucapkan sepatah kata yang membuatmu tidak senang, jika di hatimu masih ada sedikit perasaan tidak senang, maka anda tidak mungkin dapat mencapai Alam Brahma tingkat pertama.


Di dalam biografi Master An Shigao, tertera sebuah bait yang menceritakan pada suatu hari dia menuju ke Jiang-nan untuk menyelamatkan temannya. Temannya ini telah menjadi raja naga, di kehidupan lampaunya adalah seorang Bhiksu, memahami sutra dan suka berdana. Suatu hari ketika dia sedang berpindapata, nasi dan sayur yang diterima tidak bagus, dalam hatinya merasa tidak nyaman, maka itu timbul sebersit niat pikiran benci, setelah meninggal dunia terlahir ke alam binatang, menjadi ular sanca (ular piton) yang besar, di Sungai Sembilan menjadi raja naga. Oleh karena dia memahami sutra sehingga memiliki kebijaksanaan, sangat sakti, sehingga banyak umat yang datang bersembahyang memujanya. Hanya saja kebenciannya masih parah, kapal mana yang tidak memberi persembahan kepadanya, maka dia akan membuat kapal tersebut menjadi terbalik dan kesusahan. Sehingga ular ini menjelang ajalnya pasti tejatuh ke neraka.     


Cobalah kalian pikirkan, hanya karena tidak puas pada hasil pindapata, timbul sebersit niat pikiran benci, harus menerima akibat demikian, maka itu kita harus lebih meningkatkan mawas diri. Melatih diri adalah melenyapkan lobha, dosa dan moha, melatih pikiran suci, setara, maitri karuna dan sukacita, barulah dapat memperbaiki tabiat diri.


Semua pintu Dharma itu bagus, namun sayangnya kita sendiri tidak mampu memutuskan kilesa. Sedangkan dengan melafal sepatah Amituofo dapat menaklukkan lobha, dosa, moha, keangkuhan, nafsu keinginan serta kilesa lainnya, tidak takut timbulnya niat pikiran, hanya saja takut terlambat menyadarinya. Begitu niat pikiran timbul, maka niat pikiran berikutnya adalah melafal Amituofo, setiap lafalan saling menyambung, melafal Amituofo dapat berhasil atau tidak adalah terletak pada poin ini. Tidak boleh melafal Amituofo sambil membiarkan noda pikiran terus muncul, setiap hal harus memperhitungkan dan tidak bisa merelakan. Setelah memahami kebenaran baru dapat menaklukkan kilesa. Hal ini harus dibina dalam keseharian, pertama harus membaca sutra, di dalam sutra Buddha membabarkan kebenaran yang ada pada alam semesta dan kehidupan manusia. Tujuan membaca sutra adalah agar kita dapat mengikhlaskan dan merelakan, kemudian sepatah nama Buddha ini membantu kita melampaui Trailokya (Kamaloka, Rupaloka dan Arupaloka).  



Dikutip dari :

Penjelasan Bab Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafal Nama Buddha Dengan Sempurna Tanpa Rintangan

Oleh : Master Chin Kung