Minggu, 08 September 2013

Buddha ada di mana?



Buddha ada di mana?

Kita sering melihat butir  pertama dari “Tiga Berkah Karma Suci”, yakni berbakti pada ayahbunda. Demikianlah sabda Buddha di dalam sutra bahwa walaupun Buddha sudah tidak berada di dunia, namun manusia masih memiliki kesempatan untuk memberi persembahan kepada Buddha, bagaimana caranya? Yakni dengan memberi persembahan kepada ayahbunda,  Buddha berkata bahwa jasa kebajikan dari memberi persembahan kepada ayahbunda, setara dengan jasa kebajikan memberi persembahan kepada calon Buddha.

Dahulu kala ada seorang pemuda yang bernama Yang Pu, penduduk provinsi Anhui, sangat serius dalam mempelajari Ajaran Buddha. Dalam usia yang masih muda, dia berpikir : “Saya tidak bisa terus menerus tinggal di rumah, saya harus pergi ke tempat lain untuk memperdalam Buddha Dharma, menuju ke seluruh pelosok negeri untuk mencari guru yang hebat dan tersohor”. Namun di rumahnya masih ada seorang ibunda yang telah berusia 80 tahun, dia berpikir lagi, saya hendak memperdalam Ajaran Buddha, jadi bagusnya saya harus meninggalkan rumah.

Kabarnya di provinsi Sichuan, Master Wu Ji adalah seorang Bhiksu senior yang telah mencapai pencerahan, maka itu dia memulai perjalanannya dari Anhui ke Sichuan, orang jaman dahulu bepergian dengan jalan kaki, ini menunjukkan kesungguhan hatinya dalam mempelajari Ajaran Buddha.

Setelah bersusah payah akhirnya dia sampai di Sichuan, baru saja menapakkan kakinya di sana, dia langsung bertemu dengan seorang Bhiksu tua yang memang sengaja menanti kedatangannya. Bhiksu tua itu bertanya : ”Anak muda, mengapa datang kemari?” Yang Pu menjawab : “Saya mendengar bahwa di Sichuan ada Master Wu Ji yang merupakan Bhiksu senior yang telah mencapai pencerahan, maka itu saya ke sini hendak mengikutinya untuk belajar Buddha Dharma”.

Bhiksu tua itu menjawab : “Saya adalah murid Master Wu Ji, beliau yang mengutus saya untuk menjemput kamu, beliau meminta saya menyampaikan pesan untukmu, daripada menemui Master Wu Ji, lebih baik pergi menemui Buddha”.  

Ya ini memang benar, andaikata pada saat ini tersiar kabar bahwa Buddha Amitabha sedang berada di sebuah tempat di bumi ini, kita juga akan berbondong-bondong ke tempat tersebut untuk menemui Buddha Amitabha, walau hanya bisa berpose denganNya untuk dijadikan kenang-kenangan,  demikian juga dengan sikap Yang Pu, yang kenyataannya tidak banyak berbeda dengan pemikiran kebanyakan umat Buddha di masa kini.

Ini sudah seperti mengidolakan bintang film, Yang Pu yang mendengar bahwa  Master Wu Ji sungguh hebat, maka dia segera pergi menemui beliau untuk memuaskan keinginan hatinya. Apakah belajar Dharma harus sedemikian? Ini sudah tidak betul.

Maka itu Master Wu Ji yang mengetahui keinginan hati  Yang Pu, menasehatinya bahwa daripada menemui Master Wu Ji lebih baik pergi menemui Buddha. Begitu mendengar ucapan ini,  Yang Pu segera berubah pendirian, ingin segera pergi menemui Buddha.

Tetapi Buddha ada di mana? Bhiksu tua itu memberitahukan Yang Pu, pertama-tama ikuti jalur jalan pulang kembali ke rumahnya, kemudian akan bertemu dengan seseorang, dengan ciri-ciri sebagai berikut, mengenakan selimut warna kuning dengan terbalik dan memakai sandal juga terbalik, ingatlah dengan seksama, jika anda bertemu dengan orang yang berdandan sedemikian rupa, maka janganlah sampai terlewatkan, dia adalah Buddha.

Maka itu Yang Pu sangat berhati-hati, sepanjang perjalanan pulang kembali ke rumah, dia mengamati setiap sosok orang yang dijumpainya, apakah memiliki dandanan seperti yang dikatakan oleh Bhiksu tua. Akhirnya dia sangat kecewa, karena dirinya sudah sampai di depan rumahnya, dan pada saat itu sudah tengah malam.

Dia mengetuk pintu, pada jaman dahulu kala terutama di daerah dusun yang terpencil, jika ada suara ketukan pintu, siapa yang sudi membukakan pintu di tengah malam? Namun lain halnya dengan ayahbunda yang setiap hari senantiasa menanti kepulangan anak kesayangannya, mereka akan selalu menantikan suara ketukan pintu tersebut.

Demikianlah dengan ibunda Yang Pu yang begitu mendengar ketukan pintu yang dikenalinya itu segera melompat dari tempat tidurnya, dengan tergesa-gesa ingin segera membukakan pintu untuk anaknya, sehingga melupakan udara dingin yang menusuk di musim dingin, juga melupakan harus mengenakan baju hangat, kerinduannya yang setiap hari dipendam mengharapkan kepulangan sang anak.

Kini akibat luapan kegembiraan telah membuatnya panik sehingga tidak sempat lagi mengenakan baju dingin dan karena ingin cepat-cepat membukakan pintu, maka dia memakai selimut kuning untuk melindunginya dari hawa dingin. Sandal yang dipakai juga jadi terbalik.

Begitu pintu terbuka, Yang Pu jadi terkejut dan jadi mengerti, dia teringat akan ucapan Bhiksu tua, ternyata Buddha yang dimaksud adalah sang bunda.

Kita jadi berpikir, hanya ibunda yang akan memperlakukan anaknya seperti Buddha yang mengasihi para makhluk, mendidik tanpa jenuh, walaupun anaknya berkelakuan buruk, namun ayahbunda tak pernah mengabaikannya. Ayahbunda akan menanti anaknya bertobat dan menerimanya kembali.  

Kini Yang Pu memahami ucapan Bhiksu tua yang menasehatinya agar belajar pada Buddha yang artinya berbakti pada ayahbunda, sejak itu dia tinggal di rumah berbakti pada ibundanya, juga menulis penjelasan yang panjang pada “Klasik Bakti”, ini sungguh sebuah teladan yang baik bagi semua praktisi.

Petikan Ceramah Master Ren Shan
Judul : 48 Tekad Buddha Amitabha
Tahun : 2007
  




我们常常看净业三福的头一句,孝养父母,佛在经上说,假如说佛不在世了,有人想供佛没有机会,怎么办?去供养父母,佛说供养父母的功德,等于供养一生补处,这样的大菩萨,的确是这样。

过去有一个年轻人,杨璞,安徽人,他对佛法修学很认真,年纪轻轻啊,想啊,我不能够留在家里,我要到外面去参学,广泛地去寻求这些名师学习佛法,家里面有个八十岁的老母亲,但是,他想啊,我要去学习佛法,还是出去比较重要。听说四川的无际大师是得道高僧,于是就从安徽到四川,可能新加坡同修没这个概念,安徽到四川有多远啊?翻开地图看看,就这么远,实际上很远,不远千里,过去又是走路,也显示出他求法的真诚。好不容易来到四川啊,刚进四川,遇到一个老和尚,老和尚在等他呢,遇到他就说年轻人你来干什么啊?他说啊,听说四川无际大师是得道高僧,我来向他学习佛法,老和尚就说啦,我就是无际大师的徒弟,他派我来接你的,他让我告诉你,见无际大师不如去见佛,也的确是的,我们想想,假如今天哪个地方听说阿弥陀佛在世,恐怕我们不会来这儿听经啊,只要有方法可以去,应该去见佛才对,哪怕跟佛照张像也值得纪念,这个杨璞也是这个心态,实际上啊跟现在很多学佛同修差不多,这就明星效应,听说无际大师很厉害嘛,多少也去看看,心愿满了,是不是真的能学到佛法,那倒说不准了。所以无际大师知道他的心愿,告诉他你见我还不如去见佛,他真的马上就改了,去见佛。佛在哪里啊?老和尚告诉他,说你沿着来的路走回去,原路返回,你最终会遇到一个人,你记住这个人的特征,这个人,反披着黄色的被子,倒穿着草鞋,这是非常重要的特征,你记住了,你假如遇到有人是这样的打扮,你可不要错过了,那就是佛。于是他就很留心,凡夫众生着相啊,一路注意观看没人这样打扮,很失望,回到家,回到家已经是半夜了。敲门啊,过去啊农业社会,农村里深更半夜敲门谁给你开门啊,可是啊只有一种情况是例外,就是父母亲听到是子女的叩门声,因为这个声音太熟悉了,毫不犹豫就出去开门,忘记了冬天很冷,忘记了自己没有穿衣服,杨璞的母亲在家里面天天等着孩子回来啊,左等右等不见,忽然在半夜睡觉听到孩子敲门了,欣喜若狂,衣服来不及穿了,把盖在床上的棉被赶紧披在身上,黄色的棉被,出去时很慌张,鞋子穿反了,赶紧去开门,门一打开,杨璞看到眼前的这一幕啊,恍然大悟,一下子明白老和尚讲的所谓的佛,原来就是眼前的老母亲,我们想一想,也只有母亲,对子女才会象佛对众生那样无私的付出,不疲不厌的教诲,哪怕是子女再怎么样不争气,慈悲的父母同样不会放弃他,依然等到他回头,只要他肯回头,无不是欢喜接受啊。这样的慈悲心,也只有佛有,也只有父母对子女才有。从子女的角度讲,父母这个心就是佛心,杨璞明白这个道理之后,原来大师教给他,向佛学习,就是好好的孝养父母,杨璞从此以后,在家里面认真的侍奉母亲,还为孝经作了很长的注解,这是真正学佛的样子。


摘自