Sabtu, 27 Juli 2013

Bait 12



Penjelasan Bab Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafal Nama Buddha Dengan Sempurna Tanpa Rintangan


Bait sutra :



wèn
yuán
tōng

xuǎn

dōu
shè
liù
gēn

jìng
niàn
xiāng

sān

wéi





Penjelasan :


25 kesempurnaan tanpa rintangan, setiap metode adalah yang terunggul. Pintu Dharma tidak ada yang tinggi dan rendah, ibarat para pasien, setiap penyakit yang diderita mereka tidaklah sama, maka obat yang dipakai juga tidak sama, sehingga obat yang tepat sasaran adalah obat terbaik. Tak peduli pintu Dharma yang mana saja, jika cocok digunakan oleh diri sendiri dalam melatih diri, maka ini adalah pintu Dharma terunggul.


Kesempurnaan tanpa rintangan maksudnya adalah harmoni atau keselarasan, dan menembus tanpa rintangan, sempurna tanpa rintangan adalah pencerahan besar, tak peduli pernah atau tidak pernah belajar juga dapat memahaminya, dapat mengetahui masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, serta kondisi batin insan lain.


Hati kita dengan hati insan lain adalah sama, namun mengapa saat kini kita tidak dapat mengetahui isi pikiran orang lain, ini dikarenakan kita masih memiliki rintangan. Ibarat air yang bergelombang, tidak dapat memantulkan bayangan dengan jelas. Jika airnya tenang maka kemampuan asal kita dapat pulih kembali, bukan hasil dari melatih diri atau belajar, karena jika sesuatu yang tidak dimiliki oleh jiwa sejati anda, maka dengan cara apapun anda tidak mungkin dapat memperolehnya.


Mengapa Bodhisattva Mahasthamaprapta mengatakan tidak memiliki pilihan lain, Beliau hanya memilih “mengendalikan enam landasan indria, dengan pikiran suci melafal nama Buddha berkesinambungan”.  Asalkan melafal nama Buddha berkesinambungan maka dapat mengendalikan enam landasan indria. 


Master Ou Yi berkata bahwa pintu Dharma pelafalan Amituofo tidak ada yang khusus, hanya terletak pada keyakinan, tekad dan pengamalan saja. Buddha berkata bahwa jika ada praktisi yang melafal Amituofo, disebut samadhi menakjubkan yang mendalam dan tertinggi.


Master Lian Chi lahir pada Dinasti Ming. Permulaannya beliau belajar tentang ajaran, kemudian mempelajari aliran Dhyana. Ajaran Konfucius dan Tao juga dipahaminya dengan mendalam, namun ketika usianya lanjut beliau menfokuskan diri melafal Amituofo, dan mendapat gelar sebagai guru sesepuh Aliran Sukhavati yang kedelapan.  Master Lian Chi berkata bahwa praktisi yang melafal Amituofo dengan kesungguhan hati, melepaskan kemelekatan jiwa raga, adalah dana besar.  Tidak timbul lobha, dosa dan moha adalah merupakan pengamalan sila besar. Tidak melakukan perhitungan dengan orang lain adalah kesabaran (ksanti) besar. Tidak terputus dan dapat menfokuskan diri adalah ketekunan (virya) besar. Tidak dikendalikan oleh pikiran khayal adalah samadhi besar. Tidak terpengaruh oleh orang lain sehingga timbul keraguan adalah kebijaksanaan (prajna) besar. 


Mengenai berdana, ditinjau dari sisi melatih diri adalah hal yang sangat penting. Maka itu saya jadi teringat akan jalinan jodoh saya dalam belajar Buddha Dharma yang sangat bagus, sosok guru yang saya temui semuanya adalah para senior yang hebat. Pada usia 26 tahun saya mulai belajar Buddha Dharma, guru saya yang pertama adalah Professor Fang Dongmei, kemudian ketika mulai mengenal ajaran sutra saya mengunjungi Master Zhang-jia untuk meminta bimbingan dari beliau. 


Pertama kali kami bertemu, saya mengajukan pertanyaan :”Ajaran Mahayana sangat bagus, adakah cara agar saya dapat memasukinya dengan cepat?” Kemudian Master menatap ke arah diriku, sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya. Beliau menatap diriku dan saya juga menatap dirinya. Setelah diam selama setengah jam, beliau menjawab : “Ada!” Setelah itu beliau diam kembali, sekitar 5 menit kemudian baru berkata lagi : “Dapat mengikhlaskan dan merelakan”. Seluruh sikap beliau berada dalam samadhi. Saya bertanya lagi : “Darimana saya harus memulainya?” Lagi-lagi beliau terdiam dan saya harus menanti jawaban beliau dengan lama dan sabar. Kemudian beliau menjawab : “Berdana”. Hari pertama kami bertatap muka selama lebih dari dua jam hanya sempat berbincang beberapa kalimat ini.


Akhirnya ketika berpamitan beliau mengantar saya sampai ke pintu depan, dan berkata padaku : “Hari ini saya menyampaikan padamu “dapat mengikhlaskan dan merelakan”, semoga kamu dapat mengamalkannya selama 6 tahun. Akhirnya saya berhasil mengamalkannya. Enam paramita Bodhisattva, berdana adalah paramita pertama. Segalanya harus dapat dilepaskan, Bodhisattva sejak membangkitkan niat permulaan sampai mencapai KeBuddhaan, hanya ada satu yakni berdana.



Dikutip dari :

Penjelasan Bab Bodhisattva Mahasthamaprapta Melafal Nama Buddha Dengan Sempurna Tanpa Rintangan

Oleh : Master Chin Kung