Sabtu, 23 November 2013

Suka Duka Ternyata Berasal Dari Satu Niat Pikiran



Master Chin Kung Bercerita

Suka Duka Ternyata Berasal Dari Satu Niat Pikiran

Tahun-tahun belakangan ini, ada seorang alumni sekolahku berkesempatan berkunjung ke Tiongkok, kabarnya para penduduk di sana menyukai perhiasan emas, maka itu dia  memborong banyak perhiasan cincin, kalung, gelang, sebagai buah tangan buat para kerabat dan sanak saudaranya. Namun sayangnya ketika memasuki daratan Tiongkok, dia dirampok di dalam taxi. Tetapi dia malah tidak merasa risau : “Perhiasan itu memang hendak diperuntukkan kepada orang lain, jadi tiada bedanya dikasih ke sanak keluarga maupun perampas”, dengan demikian pikirannya jadi terbuka. Keluarga dan kerabat adalah sebangsa setanah air, pencuri juga adalah sebangsa setanah air, dikasih kepada siapapun bukankah juga sama? Ketika niat pikirannya diubah, hatinya jadi begitu lapang dan bebas, inilah yang disebut dengan berkah besar. Jika selalu perhitungan, “Ini adalah sanak saudara dan kerabat saya, itu bukan orang sebangsa dan setanah airku”, maka anda akan merasa risau; tiada gunanya merisaukan barang yang takkan kembali lagi. Maka itu seorang praktisi yang mengubah sudut cara berpikirnya, akan memperoleh kebebasan!

 Terutama seorang praktisi terlebih harus yakin akan hukum karma, sebab akibat menembusi tiga masa kelahiran, “apa yang diterima telah ditetapkan sebelumnya” . Siapa yang menetapkannya? Yakni benih karma yang kita perbuat. Hutang uang dibayar uang, hutang nyawa dibayar nyawa,  insan yang telah mengerti akan kebenaran ini, barulah menyadari bahwa tiada manusia di dunia ini yang dapat mengambil keuntungan dari orang lain. Jika dikatakan bahwa orang itu mengalami kerugian, hal ini juga tidak ada. Dalam kehidupan ini saya mengambil keuntungan darinya, maka kehidupan yang akan datang dia juga akan mengambil keuntungan dari diriku, maka jadi seimbang.  Pada kehidupan ini dia menderita kerugian, maka kehidupan mendatang saya yang harus mengalami kerugian. Bila aturan ini dipahami dengan jelas, maka hati kita pun jadi tentram, barulah mengerti bagaimana seharusnya melalui kehidupan ini. Dalam menyelesaikan masalah, memperlakukan manusia dan benda, harus terjalin dengan kebajikan, tidak boleh terjalin dengan kerisauan dan tabiat diri kita;  andaikata terjalin dengan kerisauan dan tabiat diri kita, maka ini serupa dengan kalimat yang tercantum dalam Sutra Ksitigarbha : “Tiada yang bukan merupakan karma, tiada yang bukan merupakan dosa”. Setelah hal ini dipahami dengan jelas barulah takkan menciptakan karma lagi.





痛苦快樂源於一念

往年我有一位校友到大陸去探親,聽說大陸同胞喜歡黃金,就買了很多戒子、項鍊、手鐲,準備送給親戚朋友。進入大陸之後,在車上全部被扒手扒光了。他也沒生煩惱,「我送給我的那些親戚朋友,跟送給小偷沒有兩樣,反正都是送人」,心開意解。親戚朋友是同胞,小偷也是同胞,給哪個不都一樣嗎?念頭一轉,這個心多麼自在,這叫福量。如果斤斤計較,「這是我的家親眷屬,那不是我的同胞」,你就煩惱了;生煩惱,東西也追不回來。所以,學佛的人念頭一轉,多麼自在!

何況學佛的人都相信因果報應,因果通三世,「一飲一啄,莫非前定」。誰定的?自己造作的業因定的。真的是欠錢的還錢,欠命的還命,真正通達明瞭事實真相,才知道這個世間要想佔人的便宜,沒這回事情。說哪個人吃了虧,也沒有這個事情。這一生我佔他的便宜,來生他佔我的便宜,就抵銷了。這一生他吃了虧,來生我要吃虧。理事都清楚,我們的心就平靜了,才真正懂得如何生活,處事待人接物。要與性德相應,萬萬不可與自己的煩惱習氣相應;與自己煩惱習氣相應,就是《地藏經》講的「無不是業,無不是罪」。真正通達明白了,這個人才不會造業,才不會造罪。(節錄自《華嚴經》12-17-0392